Selasa, 24 Januari 2017

Paulus adalah Penipu atau Utusan Allah? Dilema Islam

Pendahuluan
Klaim tipikal dari Muslims saat ini di seluruh dunia yang menolak Kekristenan adalah klaim bahwa Kekristenan adalah “agama Paulus,” yang berarti bahwa ajaran-ajaran Kristen berasal dari rekayasa Paulus. Paulus telah berhasil membajak Kekristenan dan menggantikan ajaran asli Yesus dengan ajaran Kristen yang sekarang. Anda bisa mendapati klaim seperti ini mulai dari kalangan sarjana Muslims hingga kaum awam. Dimana-mana, mereka akan membunyikan klaim ini seperti halnya sebuah “mesin penjawab telpon.”

Pertanyaan yang paling substansial adalah apakah ada referensi dari Qur’an atau hadis-hadis bahwa Paulus adalah seorang perusak ajaran Yesus; bahwa Paulus adalah seorang pembohong yang merekayasa ajaran Yesus yang asli? Anda tidak perlu menebak. Tidak ada satu pun referensi dari Qur’an maupun hadis-hadis yang memberikan intonasi buruk mengenai Paulus.


Pertanyaan selanjutnya, jika Qur’an dan hadis-hadis tidak memuat lontaran buruk mengenai Paulus, lalu mereka (Muslims) pikir mereka itu siapa yang sangat lancang menuding Paulus demikian? Apakah mereka mengklaim lebih tahu dari Allah yang menurut mereka “all knowing” (Mahatahu) dan atau mereka berpikir lebih tahu dari Muhammad yang mereka ikuti dan manuti tanpa pertanyaan dan pertimbangan kritis? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting, karena jika Paulus adalah seorang “pembajak ajaran Yesus yang sebenarnya,” dan atau “penipu yang menyelewengkan ajaran Yesus yang sebenarnya,” dan karenanya orang-orang Kristen adalah “para pengikut Paulus,” lalu mengapa Allah dan Muhammad tidak menyatakan apa-apa mengenai Paulus? Apakah Allah sedang mengidap penyakit pikun ketika mewahyukan Qur’an? Apakah Muhammad lupa menyinggung soal Paulus ketika ia sibuk mengajak Muslims untuk membunuh orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi karena mereka dianggap kafir? Atau Muhammad tidak menyadari sedikit puna kan peran Paulus dalam kekafiran orang-orang Kristen?

Kebalikan yang ironis di sini adalah beberapa sumber terpercaya dalam Islam bukan hanya berbicara dengan intonasi baik mengenai Paulus, melainkan justru menyebutnya dengan sebutan-sebutan yang tidak pernah dibayangkan oleh Muslims.

Tafsir Ibn Kathir
Semua Muslim di seluruh dunia mengenal baik siapa Ibn Kathir dan saya tidak pernah mendengar Muslims mana pun yang pernah mengatakan hal buruk mengenai Ibn Kathir. Berikut ini adalah sebuah komentar mengenai Ibn Kathir dari website resmi yang memuat karya-karya Ibn Kathir dalam bahasa Arab serta terjemahannya dalam bahasa Inggris:
IBN KATHIR - Famous Mufassir (commentator of Quran) مفسر . Well known and respected for his keen memory and a highly regarded scholar of tafsir (commentary) - Born 1302 AD. Memorized entire Quran, word-for-word along and memorized huge number of sayings and teachings (hadeeth) of the prophet Muhammad, peace be upon him, along with sayings and commentary about Quran from Muhammad's companions, may Allah be pleased with them. The Tafsir of Ibn Kathir is of the most respected and accepted explanations for the Quran and is the most widely used explanations in Arabic used today.  (Sumber).
Jadi, kredensi serta reputasi Ibn Kathir di kalangan Muslims tidak diragukan sama sekali.

Dalam Tafsirnya atas QS. 36:14, Ibn Kathir menjelaskan bahwa Allah mengutus tiga orang utusan ke Antiokhia yaitu Sadiq, Saduq, dan Shalum, namun penguasa di Antiokhia bernama Antiokhus yang menyembah berhala itu tidak mempercayai pesan yang mereka bawa. Lalu, Ibn Kathir melanjutkan demikian:
(so We reinforced them with a third,) means, `We supported and strengthened them with a third Messenger. ' Ibn Jurayj narrated from Wahb bin Sulayman, from Shu`ayb Al-Jaba'i, "The names of the first two Messengers were Sham`un and Yuhanna, and the name of the third was Bulus, and the city was Antioch (Antakiyah).
Menurut komentar di atas, tiga orang utusan berikutnya yang diutus oleh Allah (perhatikan kata “We” – “Kami”, yang merupakan kata ganti untuk Allah), yaitu Sham’un (Simon atau yang disebut juga Petrus), Yuhanna (Yohanes), dan Bulus (Paulus). Jadi, Simon, Yohanes, dan Paulus adalah utusan-utusan Allah yang diutus untuk mendukung dan menguatkan pemberitaan tiga utusan terdahulu yang ditolak oleh Antiokhus, penguasa Antiokhia (perhatikan kalimat: so We reinforced them with a third, means, `We supported and strengthened them with a third Messenger).

Ibn Kathir juga menulis bahwa mengenai para utusan di atas, “Qatadah bin Di`amah claimed that they were messengers of the Messiah, peace be upon him, sent to the people of Antioch.” (sumber) dan (lanjutannya)

Komentar terhadap QS. 61:14
Dalam QS. 61:14, disebutkan mengenai “pengikut-pengikut Isa yang setia.” Para penafsir Qur’an yang dirujuk secara luas menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan para pengikut setia Yesus di sini adalah keduabelas murid Yesus. Ibn Ashour bahkan mengikutsertakan lebih dari tujuh puluh orang murid yang disebutkan dalam Lukas 10:1. Menariknya, Al-Qurtubi, seorang penafsir Qur’an yang sangat dikenal luas juga di kalangan Islam juga menyebutkan Petrus, Paulus, Andreas, Thomas, Filipus, dan Yohanes sebagai bagian dari “pengikut-pengikut Isa yang setia.”

Kesimpulan: Dilema Islam
Para penafsir Qur’an sendiri dengan sangat eksplisit menyebutkan Paulus sebagai salah satu utusan Mesias. Tidak ada keraguan soal ini. Bukan hanya itu, Qur’an sendiri mengklaim bahwa Allah berjanji kepada Yesus bahwa para pengikut-Nya berada di atas (superior) orang-orang kafir sampai hari kiamat.  Dan QS. 61:14 tampaknya merupakan penggenapan dari janji yakni bahwa para pengikut Yesus (para rasul) dan orang-orang yang percaya kepada-Nya unggul atas orang-orang kafir karena diberi kuasa oleh Allah.

Jika klaim Muslims di atas benar bahwa Paulus menyimpangkan ajaran Yesus dan menjadikan orang-orang Kristen sebagai pengikutnya (yang sekarang merupakan agama terbesar di dunia), itu berarti: a) Paulus berhasil membuat janji Allah di atas mandul alias tidak tergenapi; dan b) Allah tidak ada apa-apanya dibandingkan Paulus yang berhasil menyimpangkan ajaran-Nya. Klaim Muslims di atas menjadikan Allah tidak berdaya, loyo, dan dapat diungguli oleh seorang manusia biasa bernama Paulus. Bahkan Allah tidak berguna (useless) sama sekali karena Ia lupa memberitahu Muhammad akan peran besar seorang bernama Paulus yang telah membajak dan menyimpangkan ajaran Yesus yang asli.

Sayangnya, Muslims bukan hanya tidak menggunakan otak mereka secara benar untuk mengantisipasi implikasi-implikasi logis di atas, mereka juga tidak membaca komentar dari para penafsir andalan mereka sendiri yang terbukti bukan hanya menyebut Paulus sebagai pengikut Yesus yang setia, melainkan sebagai salah satu dari utusan Mesias (Yesus).

Dengan demikian, kita harus beranjak kepada implikasi berikutnya dalam bentuk pokok-pokok argumentasi di bawah ini:
·         Paulus adalah utusan Allah atau utusan Mesias.
·         Tulisan-tulisan Paulus persis bertentangan dengan Qur’an. Misalnya Paulus mengamini pengakuan iman Gereja mula-mula bahwa Yesus disalibkan, mati, dikuburkan, dan bangkit pada hari ketiga (1Kor. 15:3-5). Paulus mengamini himne Gereja mula-mula bahwa Yesus adalah Allah yang telah mengosongkan diri-Nya menjadi manusia dan taat sampai mati, mati di atas kayu salib (Flp. 2:9-15). Dsb.
·         Mengacu kepada pokok di atas, kita harus menolak Qur’an atas alasan bahwa sesungguhnya yang melencengkan ajaran Yesus adalah Qur’an sendiri. Qur’an mengajarkan ajaran-ajaran yang menyimpang dari ajaran utusan Allah atau utusan Mesias yang sebenarnya, yaitu Paulus.
·         Dan kesimpulan di atas didukung pula oleh QS. 5:47 yang memerintahkan agar para pengikut Injil memutuskan perkara mereka berdasarkan Injil itu sendiri. Dan ketika kita membaca kitab-kitab Injil, kita juga mendapati dilema yang sama dengan yang ada pada tulisan-tulisan Paulus. Kitab-kitab Injil seragam, satu suara, harmonis dalam ajaran bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia; Ia disalibkan; mati dan dikuburkan; lalu bangkit dari kematian pada hari ketiga. Semua ini persis bertentangan dengan Qur’an. Dan berdasarkan perintah Qur’an sendiri dalam QS. 4:47, orang-orang Kristen harus menolak Qur’an sebagai penyelewengan dan penyimpangan serta fabrikasi (rekayasa yang mengada-ada) terhadap ajaran Injil yang sebenarnya.


Akhirnya, saya perlu memberikan penandasan penting. Saya tidak percaya bahwa Qur’an adalah firman Allah. Saya juga tidak percaya bahwa Muhammad adalah nabi Allah. Tetapi, Muslims percaya bahwa Qur’an adalah firman Allah dan bahwa Muhammad adalah nabi Allah. Karena itu, saya mengacu kepada sumber-sumber terpercaya mereka sendiri untuk membuktikan bahwa bahkan dari sumber-sumber mereka sendiri, klaim bahwa Paulus adalah penipu dan penyimpang ajaran Yesus adalah klaim sesat. Bukan hanya klaim sesat, klaim itu juga berimplikasi bahwa Allah itu mandul, loyo, tidak berguna, dan dapat dikalahkan oleh Paulus. Sebaliknya, berdasarkan sumber-sumber Islam, jika kita menerima bahwa Paulus adalah utusan Allah yang benar dan ketika kita membaca tulisan-tulisan Paulus, kita pun harus tetap menolak bahwa Qur’an adalah firman Allah dan menyimpulkan bahwa Muhammad adalah nabi palsu seperti yang terdapat dalam beberapa pokok di atas. 

Jadi, entah kita percaya bahwa Paulus adalah penipu, kita harus menolak Islam; atau kita percaya bahwa Paulus adalah utusan Allah yang sejati, kita pun harus menolak Islam. Apa pun pilihan kita dalam isu ini, Islam harus ditolak sebagai agama sesat!

1 komentar: